Jangan Biarkan Yang Haram Jadi ‘Biasa’ di Hidup Kita

Fakta yang sering kita temui, banyak orang dihadapkan dengan berbagai informasi yang berdatangan dari segala penjuru, termasuk dari media sosial. Sobat Momasa pernah nggak scroll Instagram dan lihat foto atau cerita teman yang lagi nongkrong atau liburan dengan latar belakang makanan dan minuman yang kita ragukan kehalalannya? Atau bahkan, mungkin beberapa dari kita pernah melihat teman yang dengan santainya memegang minuman beralkohol.

Haram yang Tampak “Normal”

Kali ini kita akan bahas salah satu fenomena yang cukup mengkhawatirkan di tengah-tengah masyarakat, khususnya kalangan muda, yaitu “normalisasi haram pada makanan”. Fenomena ini terjadi ketika sesuatu yang haram dianggap sebagai hal yang biasa atau normal. Padahal, sebagai muslim, kita seharusnya memiliki standar dan batasan yang jelas terkait apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi.

Muslim Sejati Tidak Seharusnya Terbiasa dengan yang Haram

Sebagai umat muslim, kita diberi petunjuk pada tuntunan melalui Al-Qur’an dan Hadits. Salah satunya adalah tentang makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh kita konsumsi. Tidak ada alasan bagi kita untuk menganggap enteng atau meremehkan hal tersebut.

FOMO: Fear of Missing Out

Ada satu kondisi yang mungkin menjadi penyebab kita terjebak dalam “normalisasi haram”, yaitu FOMO atau Fear of Missing Out. Kondisi psikologis ini muncul ketika kita merasa takut ketinggalan sesuatu, dalam konteks ini yaitu tren atau gaya hidup yang dianggap kekinian.

Namun, ingatlah bahwa popularitas atau tren tidak selalu sejalan dengan apa yang dianjurkan dalam agama kita. Terkadang, kita harus berani berbeda dan memegang teguh prinsip kita meskipun kita berdiri sendiri.

Haram Tetap Haram, Meskipun Semua Orang Melakukannya

Penting untuk kita semua ingat bahwa sesuatu yang haram tetap haram, meskipun tampaknya semua orang melakukannya. Sebaliknya, sesuatu yang halal tetap halal, walaupun kita merasa seolah-olah kita adalah satu-satunya yang melakukannya.

Untuk itu kita dituntut untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih apa yang kita konsumsi, baik itu informasi maupun makanan dan minuman. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam “normalisasi haram”.

Kalau sudah begini, artinya kita perlu saling mengingatkan dan saling mendukung satu sama lain dalam menjalani kehidupan sebagai muslim yang sesuai dengan tuntunan agama. Sebab, kebersamaan dan dukungan dari komunitas bisa menjadi salah satu kunci untuk kita tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam.

Semoga artikel ini bisa memberikan pencerahan dan menambah wawasan kita semua dalam menjalani kehidupan sebagai muslim di era modern ya.